Dalam perkataan Paulus terhadap orang Filipi, kita nampak betapa lapang sikapnya, sedikitpun tidak merengek dan sedikitpun tidak mengeluh miskin.
Paulus berkata kepada orang Korintus, “Gereja-gereja lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu.. ! Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorang pun … (II Kor. 11:8-9).
Gereja di Korintus takut kalau-kalau Paulus memakai uang mereka, karena itu Paulus tidak mau memakai uang mereka. Orang Korintus hidup dalam kedagingan, mereka kuatir uang mereka dipakai Paulus, karena itu Paulus tidak rela menerima uang mereka.
(*Paulus tidak “murahan” dalam hal menerima pemberian uang. Jika karena menerima pemberian dia akan menjadi “rendah” di mata jemaat maka dia “tidak sudi” menerima pemberian itu. Namun bagi gereja di Makedonia, memberi adalah kemuliaan dan berkat bagi mereka, karena mereka memberi murni bagi Allah, karena itu Paulus bersedia menerima pemberian mereka sebagai “wakil” Allah yang dapat dipercaya, dan mempergunakannya untuk melayani jemaat di Korintus)
MENJADI PELAYAN ALLAH YANG MENGEKSPRESIKAN KEKAYAAN ALLAH
Kita memang boleh mengaku “emas perak kami tak punya”, tetapi perkataan ini hanya boleh dikatakan kepada orang yang tidak percaya dan kekurangan, tidak boleh dikatakan kepada saudara saudari di dalam gereja. Paulus berani berkata kepada satu-satunya gereja yang membantunya, “Aku berkelimpahan…” Ia sama sekali tidak kuatir karena perkataan ini, kali lain mereka tidak mengirimkan bantuan kepadanya lagi..!
Pekerja (*istilah “pekerja” di sini adalah para pelayan Allah sepenuh waktu di sebuah lokal maupun lintas lokal) tidak boleh sampai dikasihani orang, pekerja pun tidak boleh mengisyaratkan (Memberi Sinyal) kebutuhannya kepada orang. Demi percaya kepada Allah, pekerja harus berani berkata, “Saya tidak kekurangan apa pun.”
Betapa indahnya kesaksian saudari Barber, ketika ia memakai habis satu dolar yang terakhir, ia masih bisa menulis syair demikian: “pialanya penuh melimpah, selalu berlebihan.” Allah tidak mempunyai hamba yang mengeluh miskin…! Karena pekerja bekerja sebagai wakil Allah dan mempersaksikan kesetiaanNya, maka dalam masalah keuangan, mereka harus sangat mandiri, dan dalam perilaku, sikap, serta tutur kata menyatakan, bahwa Allah benar-benar Tuhan penyuplai mereka. Bila kita (pekerja) lemah (iman) sedikit saja, Allah tidak bisa beroleh kemuliaan dalam hal ini. Para pekerja wajib menunjukkan kepada gereja, bahwa Allah kita sungguh kaya. Pekerja tidak boleh menampakkan kemiskinannya kepada gereja (jemaat) dan mengharap belaskasihan dari gereja.
TIDAK MEMPERLIHATKAN KEKURANGAN
Sungguhpun kita miskin, di hadapan gereja lokal kita seharusnya menyatakan kekayaan kita, tidak boleh menyatakan kemiskinan kita. Walau kita tidak boleh pura-pura, tapi kita wajib menyembunyikan kemiskinan kita. Jangan memakai penampilan miskin untuk “membantu” Allah menggerakkan hati orang.
Kita percaya bahwa Allah akan menyuplai kebutuhan kita menurut kekayaanNya di dalam Kristus, bukan menurut kemiskinan kita di hadapan manusia.
Kita berani menciptakan suatu keadaan sekitar yang sukar bagi Allah, sebab kita tahu bahwa mujizat Allah tidak perlu bantuan kita. Kita selamanya tidak menerima belaskasihan dari manusia yang manapun.
Bila ada orang mengirimkan uang, itu adalah dipersembahkan kepada Allah. Kita berdiri di atas kedudukan wakil Allah untuk menerima uang. Jika kita menerima “uang kasihan” dari orang, itu berarti memalukan Allah dan rekan sekerja. Jika kita sengaja bersikap kasihan sehingga orang mengasihani kita, itu benar-benar berdosa.
LEBIH BAIK MEMBIARKAN ORANG SALAH SANGKA MENGIRA KITA KAYA DARIPADA MEMPERLIHATKAN KEMISKINAN
Lebih baik membiarkan orang salah sangka, mengira kita kaya dan kita menengadah kepada Allah secara diam-diam, daripada orang lain mengetahui kemiskinan kita dan mengasihani kita.
SIKAP PAULUS
Paulus berkata kepada jemaat di Korintus :
“…Kami tidak pernah berbuat salah terhadap seorang pun, tidak seorang pun yang kami rugikan, dan kami tidak mencari untung dari seorang pun. (II Kor. 7:2)
Terhadap jemaat di korintus yang “perhitungan” sikap Paulus seperti ini :
“…Sebab dalam hal mana kamu dibelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi beban kepada kamu? Maafkanlah ketidakadilanku ini …! (II Kor. 12:13).
Betapa berwibawanya Paulus …!
Ia pun berkata kepada kaum imani Tesalonika :
“Karena kami tidak pernah bermulut manis – hal itu kamu ketahui – dan tidak pernah mempunyai maksud serakan yang tersembunyi – Allah adalah saksi” (I Tes. 2:5)
“Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang dan malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu” (I Tes. 2:9).
Katanya lagi, “Dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu” (II Tes. 3:8).
Itulah sikap Paulus …