Dalam Kekristenan, sering kita mendengar seorang pengkotbah ataupun seorang Worship leader di atas podium berkata : “Beri kemuliaan bagi Allah …! “, lalu para hadirinpun bertepuk tangan dan mengucapkan kata-kata pujian kepada Allah. Apakah “bertepuk tangan” dan mengeluarkan kata-kata pujian bagi Allah seperti ini adalah cara memuliakan Allah ?
Sering juga kita berkata, “… Segala yang kulakukan dan kerjakan adalah untuk Memuliakan Allah”. Namun seringkali dalam semua kebaikan yang kita lakukan , bukan Tuhan, melainkan kitalah yang terlihat oleh orang, bukan Tuhan melainkan kitalah yang mendapatkan pujian dari manusia.
Di dalam kelompok-kelompok Kekristenan, sangat umum terlihat para “jemaat” mereka membicarakan, memuji-muji nama “hamba-hamba Tuhan” tertentu dan membanding-bandingkan hamba Tuhan dari kelompok mereka dengan hamba Tuhan dari kelompok kekristenan lainnya, semua ini adalah “buah-buah pelayan” yang darinya kita bisa melihat apakah Allah benar-benar dimuliakan dalam pelayanan kita kepada Tuhan atau tidak.
Apakah arti sesungguhnya dari “Memuliakan Allah..?”
ARTI SESUNGGUHNYA DARI “MEMULIAKAN ALLAH” – MENAMPILKAN ALLAH
Arti kata “Memuliakan” adalah “Menampilkan”.
Memuliakan sesuatu adalah membuat sesuatu itu menjadi tertampil, terlihat, terekspresi, dan terasa oleh orang-orang sekitar. Jika kita memuliakan Allah di hadapan orang-orang maka Allah harus tertampil, terlihat, terekspresi, dan terasa oleh orang-orang di sekitar kita. Misalnya, jika ranting pohon mawar belum menampilkan (mengeluarkan) “bunga mawar” maka pohon mawar itu belum “Memuliakan Mawar”, orang-orang belum dapat melihat ada pohon mawar di kebun itu.
“Memuliakan sesuatu” adalah “Menampilkan sesuatu itu”, memuliakan Mawar adalah menampilkan bunga mawar , memuliakan Allah adalah menampilkan (mengekspresikan) Allah. Ditengah-tengah dunia, kita kaum beriman adalah “Pohon Kristus”, jika kita sebagai ranting-ranting-Nya belum “Mengeluarkan” Kristus, berarti kita belum memuliakan Allah.
SERUPA DENGAN DUNIA
“…Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia..” (Rm 12:2)
Jika pohon mawar yang tidak berbunga itu ditaruh bersama-sama dengan berbagai jenis pohon-pohon tanpa bunga lainnya, maka pohon mawar itu akan terlihat serupa dengan pohon-pohon lainnya, sebab : “… dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka..” (Mat 7:20). Jika kita sebagai ranting-ranting-Nya kita belum mengeluarkan “Bunga Kristus”, artinya kita “serupa dengan dunia” (Rm 12:2). Dalam keadaan demikian, tidak peduli kebaikan apapun yang kita lakukan, kebaikan kita adalah kebaikan yang “Serupa dengan dunia”, kita tidak memuliakan Allah, melainkan memuliakan diri-sendiri. Untuk menjadi “Serupa dengan dunia” tidak selalu harus oleh keburukan kita, bahkan kebaikan kita pun bisa membuat kita serupa dengan dunia. Jika bukan Allah yang tertampil di dalam kebaikan kita , maka itu adalah kebaikan yang “serupa dengan dunia”.
CONTOH SEDERHANA
Contoh yang sederhana : Dalam hal menolong sesama saudara seiman yang membutuhkan. Jika sejumlah uang persembahan dimasukan ke dalam sebuah amplop tanpa ditulisi nama si pemberi, melainkan hanya ditulisi nama si penerima saja, kemudian amplop tersebut dimasukan ke dalam peti persembahan yang disediakan di gedung jemaat, ketika persembahan itu diserahkan kepada kaum beriman yang menerimanya, dan dia tidak menemukan nama si pemberi, siapakah yang terlihat sebagai “Si Pemberi” di sini ? Allah ..! kepada siapa orang itu mengucap syukur …? Allah …! inilah contoh sederhana memuliakan Allah. Allah yang tertampil…
Tetapi, jika sebagai pemberi Anda menuliskan nama Anda di amplop tersebut , maka hasilnya si penerima persembahan pasti akan “menyembah-nyembah” Anda … , Andalah yang tertampil. Inilah contoh kebaikan yang serupa dengan dunia. Memamg tidak semua perbuatan baik dapat kita rahasiakan, namun prinsipnya di sini adalah soal motifasi , apakah kita berniat menonjolkan diri atau memuliakan Allah..? Jika kita “menyembunyikan diri sendiri” , Allah akan tertampil …
PROSES MEMULIAKAN ALLAH
Menurut konteks bagian 1 Kor 6:13-11:1, memuliakan Allah di sini pertama-tama berarti Allah telah tinggal di dalam kita (1Yoh. 4:13), dan Dia perlu diberi kebebasan untuk meluas ke seluruh bagian-bagian diri kita sampai Dia menjenuhi seluruh jiwa (pikiran, emosi, kehendak) kita. Hasilnya adalah , melalui tubuh kita Allah akan terekspresi , tertampil, terlihat dan dirasakan oleh orang-orang disekitar kita. Inilah makna “Memuliakan Allah” dengan tubuh kita yang adalah bait-Nya (1 Kor 6:19) Untuk ini kita perlu dengan serius dan ketat mengendalikan tubuh kita, membuatnya takluk (1 Kor 9:27).
PERLU MEMPERSEMBAHKAN TUBUH
Definisi “Memuliakan Allah” ini juga menjelaskan arti sesungguhnya dari “Mempersembahkan tubuh” kita sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. (Rm. 12:1). Mempersembahkan tubuh adalah menyediakan diri kita sebagai “Wadah” untuk di penuhi Allah, sehingga Dia dapat tertampil , terlihat, terasa oleh orang-orang yang melihat kita. Inilah arti “Memuliakan Allah dengan tubuh kita”.
“…Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu #muliakanlah Allah dengan tubuhmu 1 Kor 6:20.
TANDA-TANDA ALLAH DIMULIAKAN MELALUI KITA.
Jika Allah benar-benar dimuliakan melalui perbuatan dan perkataan kita maka hasil yang seharusnya adalah :
– Orang2 harus melihat Allah, bukan hanya melihat kita.
– Orang-orang harus semakin mengagumi Allah, bukan hanya mengagumi kita.
– Orang-orang harus semakin membicarakan Allah, bukan hanya membicarakan kita.
– Orang-orang harus semakin menginginkan Allah bukan hanya menginginkan kita.
– Orang-orang harus menjadi mencari Allah, bukan hanya mencari kita.
– Orang2 harus dibuat memuji Allah bukan memuji kita.
MEMULIAKAN ALLAH ADALAH MENGEKSPRESIKAN ALLAH, BUKAN MENONJOLKAN DIRI.
“… bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku…” (Gal 2:20)
PERLU BERDOA ATAS PERKARA INI
Kita perlu berdoa : “Tuhan … , buat aku melihat perkara “Penyaluran Allah”, ajar aku menerima penyaluran Allah, salurkan diri-Mu kedalamku , sampai Engkau memenuhi seluruh jiwaku dan aku menampilkan diri-Mu melalui kehidupanku..”
Tinggalkan Balasan