Kita harus ingat, tidak hanya bantuan gereja yang bersifat rutin (gaji) tidak boleh diterima, yang tidak rutin pun belum tentu boleh diterima. Prinsip ini telah dinyatakan Paulus terhadap gereja di Korintus. Kalau orang mengirim untuk kita, karena ia menaruh “belaskasihan” (bersikap mengasihani kita karena menganggap kita miskin) terhadap kita, maka kita tidak boleh menerima kirimannya.
(* Seorang hamba Tuhan yang benar dan tepat dihadapan Tuhan akan menjaga “wibawa Tuhan”. Perkataan dan sikapnya tidak akan menimbulkan kesan bahwa dia miskin atau kekurangan. Jika seorang hamba Tuhan berkata-kata, menyampaikan sesuatu dengan tujuan agar “Dikasihani” dan diberi uang maka itu sangat rendah dan mempermalukan Tuhan, dia tidak layak disebut sebagai hamba Tuhan)
Jika kirimannya bukan terlebih dulu demi Allah (untuk Allah), melainkan (motifasinya) menghendaki kita berterima kasih kepadanya, kita jangan menerimanya.
Jika ada kiriman yang bertujuan agar ia bisa mengendalikan kita (pekerjaan gereja) , kiriman semacam itu pun jangan kita terima.
Semua pekerja Allah tidak hanya percaya Allah bisa memberikan kebutuhannya, ketika orang memberikan uang, kita pun harus membedakan apakah uang itu diterima Allah atau tidak, dan apakah Allah setuju kita terima atau tidak.
(*Banyak hamba Tuhan karena cinta uang dia tidak pernah bertanya kepada Tuhan apakah Tuhan mau menerima uang itu, itu karena dia tidak menyadari bahwa uang itu dipersembahkan bukan untuk dia, melainkan untuk Tuhan)
TIDAK PERLU BERTERIMA KASIH
Pada Perjanjian Lama, orang Israel mempersembahkan lembu dan kambing kepada Allah melalui orang Lewi. Jadi, orang Lewi berdiri di atas kedudukan mewakili Allah, menerima persembahan. Persembahan itu ditujukan kepada Allah, bukan kepada orang Lewi.
Hari ini kita juga berdiri di atas kedudukan orang Lewi. Yang menerima uang adalah Allah, bukan kita, maka Allahlah yang berterima kasih kepadanya, bukan kita. Kita selamanya tidak menerima budi manusia, kita pun selamanya tidak berhutang budi.
Bila orang memberi kiriman kepada kita dengan maksud supaya kita berterima kasih kepada kebajikannya, maka kiriman itu tidak seharusnya kita terima.
Kita tidak menerima sepeser pun dari manusia, yang menerima uang manusia adalah Allah. Jika orang itu ingin beroleh terima kasih, Allah sendirilah yang memberikan kepadanya. Jika orang itu ingin beroleh pahala, Allah sajalah yang memberikan kepadanya; dan jika orang itu ingin beroleh kemuliaan, hanya Allah pulalah yang memberikan kepadanya…
KESAKSIAN SIKAP WATCHMAN NEE DALAM HAL MENERIMA PERSEMBAHAN UANG
Maaf, saya akan menyinggung sebuah kisah pribadi saya. Pada tahun 1929, seorang kerabat saya mengirimkan uang 200 Yuan kepada saya. Saat itu saya sedang sakit dan sangat kekurangan uang. Tetapi Allah menunjukkan kepada saya, bahwa kerabat saya itu walaupun seorang beragama Kristen, namun belum tentu sudah beroleh selamat. Allah memberi saya perasaan untuk menulis surat kepadanya menanyakan apakah memberi uang kepada saya sebagai orang Kristen terhadap pekerja (hamba Tuhan), atau sebagai kerabat terhadap kemenakan? Jika ia mengirim 200 Yuan itu kepada saya sebagai kemenakannya, saya boleh menerimanya. Sebab atas relasi daging, saya boleh menerima uangnya. Tapi jika pengirimannya kerena saya sebagai pekerja (hamba Tuhan) , saya tidak boleh menerima. Sebab saya tidak dapat menyuruh Allah berterima kasih kepada orang yang belum diperkenan olehNya.
Dari segi relasi “rohani” , saya tidak dapat menggunakan uangnya. Karena itu, saya tak dapat tidak menulis surat, bertanya kepadanya, dengan status apakah ia mengirimkan uang itu? Kemudian ternyata pengiriman itu dilakukan sebagai kerabat kepada kemenakan, maka akhirnya saya terima.
HARUS MENOLAK PEMBERIAN DARI ORANG YANG INGIN MENGENDALIKAN PEKERJAAN
Ada juga orang (yang bukan penanggung jawab gereja atau penatua) yang mempersembahkan dengan motivasi baik, tetapi setelah dipersembahkan, sang pemberi ingin “berkuasa” untuk “mengendalikan” pekerjaan (gereja). “Menentukan” penggunaan uang itu boleh saja, tetapi tidak boleh karena uang itu, lalu ingin “mengendalikan” pekerjaan. Para pekerja Allah tidak boleh karena uang lalu membuat pekerjaan tak dapat dikerjakan menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menurut kemauan orang yang memberinya.
Yang sesuai dengan prinsip Alkitab ialah: orang yang memberi persembahan boleh menunjukkan penggunaan uang yang dipersembahkannya itu, tetapi setelah dipersembahkan, tangannya harus diangkat, jangan ada usaha campur tangan selanjutnya …
(*Jika seseorang yang ingin mempersembahkan uang bagi pekerjaan gereja mempercayai para penanggungjawab gereja / penatua dalam gereja, maka persembahannya boleh diterima. Namun jika dia tidak dapat percaya kepada gereja, maka pemberiannya tidak usah diterima. Setiap hamba Tuhan perlu menjaga wibawa Allah, jika pemberi uang tidak mau lepas tangan setelah memberi pemberian bagi pekerjaan Tuhan, maka kita tidak usah menerima persembahan uang darinya)
…. Orang yang dipanggil (menerima amanat Tuhan) dan diutus bekerja itu yang bertanggung jawab atas cara pekerjaan, bukan orang yang mempunyai uang dan yang mau mempersembahkan uangnya itu.
NASIHAT BAGI PEMBERI
Maka jika ada saudara atau saudari ingin bekerja bagi Tuhan, kalau Anda merasa Allah memimpin Anda untuk membantu mereka (memberi uang) , Anda boleh membantu mereka. Kalau Anda tidak ada pimpinan Allah dan tidak merasa harus membantu mereka, Anda pun tak usah membantu mereka. Jika Anda bisa percaya kepadanya, Anda boleh menyerahkan uang kepadanya. Jika Anda tidak bisa percaya kepadanya, tidak usah menyerahkan uang kepadanya.
Jadi Anda harus mencari orang yang dapat Anda percayai, dan menyerahkan uang kepadanya untuk bekerja. Tetapi bila uang itu sudah terlepas dari tangan Anda, kuasa apa pun harus terlepas dari tangan Anda. Pekerja itu sendiri tidak berterima kasih kepada Anda. Begitu uang itu lepas dari tangan Anda, saat itu pula semuanya lepas dari Anda.
Tinggalkan Balasan